Laman

Sejarah Valentine's Day????????????????

Pada bulan Februari, kita selalu menyaksikan media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal yaitu Valentine's Day. Biasanya mereka saling mengucapkan "selamat hari Valentine", berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah "hari kasih sayang". Benarkah demikian?

SEJARAH VALENTINE'S DAY

The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine's Day :
"Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine's Day probably came from a combination of all three of those sources--plus the belief that spring is a time for lovers."

Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine's Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa "St. Valentine" termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).

Lalu bagaimana dengan ucapan "Be My Valentine?" Ken Sweiger dalam artikel "Should Biblical Christians Observe It?" (www.korrnet.org) mengatakan kata "Valentine" berasal dari Latin yang berarti : "Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa". Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi "to be my Valentine", hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi "Sang Maha Kuasa") dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta'ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod "the hunter" dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!

Saudaraku, itulah sejarah Valentine's Day yang sebenarnya, yang seluruhnya tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan "kasih sayang", lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya?. Bila demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman kita remaja putra-putri Islam yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabnya" (Al Isra' : 36).

HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE

Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi'ar dan kebiasaan. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: "Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. At-Tirmidzi).

Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan lagi bahwa ia telah kafir. Adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, "Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, "Selamat hari raya!" dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid'ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah."

Abu Waqid Radhiallaahu anhu meriwayatkan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah n berkata, "Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath." Maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, "Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, 'Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.' Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).

Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ketika ditanya tentang Valentine's Day mengatakan :
"Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena: Pertama: ia merupakan hari raya bid'ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari'at Islam. Kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) - semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya.

Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya."
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala' dan bara' ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu'min dan membenci dan menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.

Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka'at shalatnya membaca,
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (Al-Fatihah:6-7)
Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.

Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman, yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Al-Maidah:51)
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya." (Al-Mujadilah: 22)

Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.

Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.

Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami .dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan:
"Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling mengunjungi karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku." (Al-Hadits).


Remaja Muslim, Valentine's Day, dan Perlawanan Budaya
Ada pertanyaan yang patut kita kemukakan. Apa sebenarnya Valentine’s Day itu? Apakah
esensinya? Dan bolehkan remaja muslim ikut berkecimpung merayakannya? Apakah perayaan itu
bagian dari kultur dan peradaban Islam sehingga kita harus ikut menyemarakkannya?
Background Historis Valentine’s Day
Ada berbagai versi tentang asal muasal Valentin’s Day. Beberapa ahli mengatakan bahwa ia berasal
dari seorang yang bernama Saint (Santo) Valentine seorang yang dianggap suci oleh kalangan
Kristen yang menjadi martir karena menolak untuk meninggalkan agama Kristiani. Dia meninggal
pada tanggal 14 Pebruari 269 M., di hari yang sama saat dia menyerahkan ucapan cinta. Dalam
legenda yang lain disebutkan bahwa Saint Valentine meninggalkan satu catatan selamat tinggal
pada seorang gadis anak sipir penjara yang menjadi temannya. Dalam catatan itu dia menuliskan
tanda tangan yang berbunyi “From Your Valentine” ada pula yang menyebutkan bahwa bunyi
pesan akhir itu adalah “Love From Your Valentine.”
Cerita lain menyebutkan bahwa Valentine mengabdikan dirinya sebagai pendeta pada masa
pemerintahan Kaisar Claudius. Claudius kemudian memenjarakannya karena dia menentang Kaisar.
Penentangan ini bermula pada saat Kaisar berambisi untuk membentuk tentara dalam jumlah yang
besar. Dia berharap kaum lelaki untuk secara suka rela bergabung menjadi tentara. Namun banyak
yang tidak mau untuk terjun ke medan perang. Mereka tidak mau meninggalkan sanak familinya.
Peristiwa ini membuat kaisar naik pitam. Lalu apa yang terjadi? Dia kemudian menggagas ide
“gila”. Dia berpikiran bahwa jika laki-laki tidak kawin, maka mereka dengan tidak segan-segan
akan bergabung menjadi tentara. Makanya, dia memutuskan untuk tidak mengijinkan laki-laki
kawin.
Kalangan remaja menganggap bahwa ini adalah hukum biadab. Valentine juga tidak mendukung
ide gila ini. Sebagai seorang pendeta dia bertugas menikahkan lelaki dan perempuan. Bahkan
setelah pemberlakuan hukum oleh kaisar, dia tetap melakukan tugasnya ini dengan cara rahasia dan
ini sungguh sangat mengasyikkan. Bayangkan dalam sebuah kamar hanya ada sinar lilin dan ada
pengantin putra dan putri serta Valentine sendiri. Peristiwa perkawinan diam-diam inilah yang
menyeret dirinya ke dalam penjara dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Walaupun demikian dia selalu bersikap ceria sehingga membuat beberapa orang datang
menemuinya di dalam penjara. Mereka menaburkan bunga dan catatan-catatan kecil di jendela
penjara. Mereka ingin dia tahu bahwa mereka juga percaya tentang cinta dirinya. Salah pengunjung
tersebut adalah seorang gadis anak sipir penjara. Dia mengobrol dengannya berjam-jam. Di saat
menjelang kematiannya dia menuliskan catatan kecil “Love from your Valentine." Dan pada tahun
496 Paus Gelasius menseting 14 Pebruari sebagai tanggal penghormatan buat Saint Valentine.
Akhirnya secara gradual 14 Pebruari menjadi tanggal saling tukar menukar pesan kasih dan Saint
Valentine menjadi patron dari para penabur kasih. Tanggal ini ditandai dengan saling mengirim
puisi dan hadiah seperti bunga dan gula-gula. Bahkan sering pula ditandai dengan adanya kumpulkumpul
atau pesta dansa.
Dari paparan di atas kita tahu bahwa
kisah cinta Valentine ini merupakan kisah cinta milik kalangan Kristen dan sama sekali tidak
memiliki benang merah budaya dan peradaban dengan Islam.
Namun kenapa remaja-remaja muslim ikut larut dan merayakannya?
Ada beberapa jawaban yang bisa kita berikan terhadap pertanyaan tersebut :
1. remaja muslim kita tidak tahu latar belakang sejarah Valentine’s Day sehingga mereka tidak
merasa risih untuk mengikutinya. Dengan kata lain, remaja muslim banyak yang memiliki
kesadaran sejarah yang rendah.
2. adanya anggapan bahwa Valentine’s Day sama sekali tidak memiliki muatan agama dan hanya
bersifat budaya global yang mau tidak mau harus diserap oleh siapa saja yang kini hidup di –
untuk meminjam McLuhan - global village.
3. keroposnya benteng pertahanan relijius remaja kita sehingga tidak mampu lagi menyaring
budaya dan peradaban yang seharusnya mereka “lawan” dengan keras.
4. adanya perasaan loss of identity kalangan remaja muslim sehingga mereka mencari identitas
lain sebagai pemuas keinginan mendapat identitas global.
5. hanya mengikuti trend yang sedang berkembang agar tidak disebut ketinggalan zaman.
6. adanya pergaulan bebas yang kian tak terbendung dan terjadinya de-sakralisasi seks yang
semakin ganas.
Mungkin masih ada deretan jawaban lain yang bisa diberikan terhadap pertanyaan di atas.
Islam, Valentine’s Day dan Cinta
Bisa kita lihat pada bahasan di atas (remaja muslim, valentine day dan perlawanan budaya) bahwa
Valentine Day merupakan peringatan “cinta kasih” yang diformalkan untuk mengenang sebuah
peristiwa kematian seorang pendeta yang mati dalam sebuah penjara. Yang kemudian diabadikan
oleh gereja lewat tangan Paus Gelasius. Maka merupakan sebuah kurang cerdas jika kaum
muslim—dan secara khusus kalangan remajanya—ikut melestarikan budaya yang sama sekali tidak
memiliki ikatan historis, emosioal dan religius dengan mereka. Keikut sertaan remaja muslim dalam
“huru-hura” ini merupakan refleksi kekalahan mereka dalam sebuah pertarungan mempertahankan
identitas dirinya.
Mungkin ada sebagian remaja yang akan bertanya : Kenapa memperingati sebuah tragedi cinta itu
tidak boleh dilakukan? Apakah Islam melarang cinta kasih? Bukankah Islam menganjurkan
pemeluknya kasih pada sesama?
Tak ada yang menyangkal bahwa Islam tidak melarang cinta kasih. Islam sendiri adalah agama
kasih dan menjunjung cinta pada sesama. Dalam Islam cinta demikian dihargai dan menempati
posisi sangat terhormat, kudus dan sakral. Islam sama sekali tidak phobi terhadap cinta. Islam
mengakui fenomena cinta yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Namun demikian Islam tidak
menjadikan cinta sebagai komoditas yang rendah dan murahan. Cinta yang merupakan perasaan
jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihanya dengan penuh
gairah, lembut dan kasih sayang dalam Islam dibagi menjadi tiga tingkatan yang kita tangkap dari
ayat Al-Quran: "Katakanlah : Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteriisterimu,
kerabat-kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kami
khawatirkan kerusakannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu senangi lebih kau cintai
daripada Allah dan Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang
fasik." (Q. S. At-Taubah : 24)
Dalam ayat ini menjadi jelas kepada kita semua bahwa cinta tingkat pertama adalah cinta kepada
Allah., Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya yang kemudian disebut dengan cinta hakiki, kemudian
cinta tingkat kedua adalah cinta kepada orang tua, isteri, kerabat, dan seterusnya. Sedangkan cinta
tingkat ketiga adalah cinta yang mengedepankan cinta harta, keluarga dan anak isteri melebih cinta
pada Allah, Rasul dan jihad di jalan Allah.
Cinta hakiki akan melahirkan pelita. Cinta hakiki yang dilahrikan iman akan senantiasa
memberikan kenikmatan-kenikmatan nurani. Cinta hakiki akan melahirkan jiwa rela berkorban dan
mampu menundukkan hawa nafsu dan syahwat birahi. Cinta akan menjadi berbinar tatkala orang
yang memilikinya mampu menaklukkan segala gejolak dunia. Cinta Ilahi akan menuntun manusia
untuk hidup berarti dan setelah itu mati—untuk meminjam kata Khairil Anwar.
Islam memandang cinta kasih itu sebagai rahmat. Maka seorang mukmin tidak dianggap beriman
sebelum dia berhasil mencintai saudaranya laksana dia mencinta dirinya sendiri (HR. Muslim),
perumpamaan kasih sayang dan kelembutan seorang mukmin adalah laksana kesatuan tubuh; jika
salah satu anggota tubuh terasa sakit, maka akan merasakan pula tubuh yang lainnya : tidak bisa
tidur dan demam (Bukhari Muslim). Seorang mukmin memiliki ikatan keimanan sehingga mereka
menjadi laksana saudara (Al-Hujarat : 13), dan cinta yang meluap sering kali menjadikan seorang
mukmin lebih mendahulukan saudaranya daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka berada dalam
kesusahan (Al-Hasyr : 9).
Di mata Islam mencinta dan dicinta itu adalah “risalah” suci yang harus ditumbuhsuburkan dalam
dada setiap pemeluknya. Makanya Islam menghalalkan perkawinan dan bahkan pada tingkat
mewajibkan bagi mereka yang mampu. Islam tidak menganut “selibasi” yang mengibiri fitrah
manusia seperti yang terjadi dalam ajaran Kristen dan Hindu, serta Budha yang menganut sistem
sosial yang dikenal dengan kependetaan. Sebab memang tidak ada rahbaniyah dalam Islam.
Valentine Day yang merupakan ungkapan kasih selain “hamil” nilai-nilai relijus yang bukan bagian
dari agama kita juga saat ini dirayakan dengan menonjolkan aksi-aksi permisif. Dengan lampu
remang, dan lilin-lilin temaram. Peniruan pada perilaku agama lain dan sekaligus melegalkan
pergaulan bebas inilah yang tidak dibenarkan dalam pandangan Islam.
Islam dan Perlawanan Budaya
Sebagai agama pamungkas Islam dengan tegas memposisikan diri sebagai agama yang diridhai
Allah dan siapa saja yang ingin mencari agama selain Islam maka agamanya tidak akan diterima
(Lihat : Ali Imran ayat 19 dan 185). Dan sebagai agama terakhir Islam telah melakukan beberapa
pembenaran dari berbagai penyelewengan yang terjadi dalam agama Kristen dan agama Yahudi.
Islam mengharuskan pemeluknya untuk membentengi diri dari semua budaya yang datang dari
kalangan Yahudi dan Kristen. Kaum muslimin harus memiliki budaya dan identitasnya sendiri yang
bersumber pada norma dan ajaran agamanya.
Setelah kita mengetahui bahwa Valentine’s Day sama sekali tidak memiliki kaitan sejarah dengan
Islam, maka menjadi tugas semua remaja Islam untuk menghindari dan tidak ikut serta dalam
sebuah budaya yang tidak bersumber dari ajarannya.
Valentine’s Day bukanlah simbol dan identitas remaja muslim karena ia merupakan hari raya
kalangan remaja Kristen. Dan kita persilahkan saudara-saudara kita dari remaja kalangan Kristen
untuk merayakannya sesuai dengan keyakinan mereka.
Ada satu hadits yang sangat terkenal yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah
bersabda : Barang siapa yang menyerupai sebuah kaum maka dia menjadi bagian dari mereka (Abu
Daud). Hadits ini mengisyaratkan bahwa meniru-niru budaya-reliji orang lain yang tidak sesuai
dengan tradisi Islam memiliki resiko yang demikian tinggi sehingga orang tersebut akan dianggap
sebagai bagian dari orang yang ditiru. Sebagaimana juga firman Allah, Barang siapa diantara kamu
menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonga mereka.
(Al-Maidah : 51). Sabda Rasulullah, "Kau akan bersama-sama dengan orang yang siapa yang kau
cintai." (Bukhari Muslim)
Banyak contoh yang bisa kita kemukakan dari kontra-kultural yang dilakukan Rasulullah untuk
mengokohkan identitas umatnya. Saat Rasulullah datang ke Madinah dia melihat penduduk
Madinah bersuka ria dalam dua hari. Kemudian Rasulullah bertanya : Hari apa dua hari itu? Pada
sahabat menjawab : Dua hari tadi adalah hari dimana kami bermain-main dan bersuka cita di masa
jahiliyah! Maka bersabdalah Rasulullah : Sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan
dua hari yang lebih baik bagi kalian : Iedul Adha dan Iedul Fithri (HR. Abu Daud).
Rasulullah misalnya melarang umatnya makan dengan tangan kiri karena cara itu adalah cara
makan syetan. (HR. Muslim) Larangan Rasulullah untuk kembali memperingati 2 hari dimana
orang-orang Madinah biasa bermain di zaman jahiliyah merupakan perlawanan budaya terhadap
budaya jahilyah dan digantikan dengan budaya-reliji baru. Sedangkan pelarangannya agar tidak
makan dengan tangan kiri juga merupakan perang etika Islam dengan etika syetan.
Allah tidak menghendaki kaum muslimin menjadi “buntut” budaya lain yang berbenturan nilainilainya
dengan Islam. Peringatan Allah pada ayat di atas membersitkan pencerahan pada kita
semua bahwa Islam dengan ajarannya yang universal harus dijajakan dengan rajin pada dunia
mengenal Islam dengan cara yang benar dan agar Islam menjadi “imam” peradaban dunia kembali.
Sebab kehancuran peradaban Islam telah menimbulkan kerugian demikian besar pada tatanan
normal manusia yang terkikis secara moral dan ambruk secara etika. Kemunduran peradaban Islam
telah menjebak dunia pada arus kegelapan akhlak dan moralitas. Kehancuran peradaban Islam ini
oleh Hasan Ali An-Nadawi dianggap sebagai malapetaka terbesar dalam perjalanan peradaban
manusia. Dia berkata, “Kalaulah dunia ini mengetahui akan hakikat malapetaka ini, berapa besar
kerugian dunia dan kehilangannya dengan kejadian ini, pastilah dunia hingga saat ini akan
menjadikan kemunduran kaum muslimin sebagai hari berkabung yang penuh sesal, tangis dan
ratapan. Setiap bangsa di dunia ini akan mengirimkan tanda berduka cita...
Apa yang menimpa remaja muslim saat ini tak lebih dari dampak keruntuhan peradaban Islam yang
sejak lama berlangsung. Remaja muslim masa kini yang “buta” terhadap peradabannya sendiri
diakibatkan munculnya serangan budaya yang gencar menusuk jantung pertahanan budaya kaum
muslimin. Kemampuan mereka untuk bertahan dengan ideal-ideal Islam yang rapuh menjadikan
mereka terseret arus besar peradaban dunia yang serba permisif, hedonis dan materialistik.
Lumpuhnya pertahanan mereka terhadap gencarnya serangan budaya lain yang terus
menggelombung menjadikan mereka harus takluk dan menjadi “budak” budaya lain.
Maka sudah saatnya bagi remaja muslim untuk memacu diri melakukan gerilya besar dengan
mengusung nilai-nilai Islam sehingga dia mampu mengendalikan diri untuk tidak terpancing apalagi
larut dengan budaya-reliji lain. Generasi muda muslim hendaknya mampu membangun bentengbenteng
diri yang sulit ditembus oleh gempuran-gempuran perang pemikiran yang setiap kali akan
mengoyak-ngoyak benteng pertahanan imannya.
Perlawanan budaya ini akan bisa dilakukan jika remaja muslim mampu mendekatkan dirinya
dengan poros ajaran Islam dan mampu melakukan internalisasi diktum-diktum itu ke dalam kalbu,
dan sekaligus terkejawantahkan ke dalam aksi. Remaja muslim yang mampu menjadikan
keimanannya “hidup” akan mampu bergumul dan bahkan memenangkan pertarungan yang sangat
berat di hadapannya. Remaja muslim yang dengan setia menjadikan Al-Quran dan Hadits sebagai
panduan hidupnya akan mampu menjadi seorang muslim tahan banting dan imun terhadap virus
budaya global yang mengancam identitasnya. Seorang remaja muslim yang menjadi the living
Quran akan mampu melakukan kontra aksi terhadap semua tantangan yang dihadapinya. Dia akan
mampu menangkis serangan informasi satu arah yang kini datang dari Barat.
Apa yang mesti dilakukan oleh kalangan muda Islam di zaman serba kompleks ini?
Dalam pandangan saya tidak ada yang lebih baik untuk dilakukan kecuali kita semua kembali
merapatkan jiwa dan kesadaran kita ke akar norma agama kita sendiri, lalu kita gali sedalamdalamnya,
kita renungkan semaksimal mungkin, kita aplikasikan dalam hidup ini. Dan kita
pasarkan ajaran-ajaran Islam itu dengan sepenuh raga dan jiwa. Hanya dengan spirit berjuang yang
tinggi dan komitmen yang kuat remaja muslim akan lahir kembali dalam sosok yang cemerlang
dengan Islam sebagai panji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar